Bismillah.
Marhaban ya Ramadhan.
Selamat datang bulan yang penuh dengan kemuliaan.
Selamat bergembira hati setiap hamba yang mendambakan kebaikan di dalamnya.
Selamat berjuang meniti karir dalam menggapai keridhaan-Nya.
Alhamdulillah, kita bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, kita masih diberi kesempatan dan anugerah sehingga pada tahun ini kita masih bisa memasuki bulan Ramadhan, sebuah bulan yang dikatakan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam,
"Telah datang kepada kalian bulan Ramadhan, bulan yang penuh dengan berkah."
Ini adalah nikmat dari Allah Subhanahu wa Ta'ala yang wajib kita syukuri serta patut untuk selalu kita menyanjung dan memuji-Nya. Selayaknyalah seorang hamba untuk menggunakan dan memanfaatkan bulan ini sebaik mungkin di dalam memperoleh pengampunan Allah Subhanahu wa Ta'ala dan di dalam mencapai surga-Nya yang penuh dengan kenikmatan.
Kita akan membahas Urgensi Amalan Hati Agar Ramadhan Lebih Berarti yang dibawakan oleh Ustadz Dzulqarnain hafizhahullah ta'ala. Sengaja saya tulis dari ceramah beliau. Semoga bermanfaat.
Pembahasan ini sengaja menjadi topik tulisan kali ini karena amalan hati adalah ruh dari sebuah ibadah, pokok yang menyebabkan ibadah itu bersinar. Amalan hati adalah dasar yang menentukan besar kecilnya sebuah ibadah. Dan dari amalan hati pula seorang akan mampu merasakan indahnya Ramadhan dengan segala kemuliaan dan aneka ragam ibadah yang Allah Subhanahu wa Ta'ala telah muliakan kaum muslimin di dalamnya.
Seorang kadang melihat dari sejarah hidup para nabi, para rasul, para sahabat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan orang-orang yang shalih. Kita melihat kelezatan mereka di dalam beribadah dan keagungan yang mereka dapatkan di dalam ibadah tersebut. Padahal ibadah-ibadah itu bukanlah suatu hal yang ringan. Sebab di dalamnya terdapat pengorbanan terhadap jiwa, harta, menahan lapar, dahaga, meninggalkan syahwat. Kadang dalam sebuah ibadah mereka meninggalkan kampung halamannya serta orang-orang yang dia cintai untuk meninggikan kalimat Allah Subhanahu wa Ta'ala. Bersamaan dengan itu, kita ketemukan mereka di dalam menegakkan ibadah tersebut terdapat keadaan-keadaan yang agung.
Bukan karena shalat atau puasa seseorang berbeda dengan yang lainnya. Sebab semua melakukan ibadah dari sisi zhahirnya. Tapi yang menentukan kualitas dari ibadah tersebut adalah amalan di dalam hati. Oleh karena itu, dalam tulisan ini kita akan menguraikan bagaimana pentingnya amalan hati agar Ramadhan lebih berarti.
Di dalam ibadah yang Allah syariatkan di bulan Ramadhan berupa puasa Ramadhan, shalat di malam hari, bersedekah, membaca Al-Qur`an, dzikir, doa, i'tikaf, dan selainnya terdapat di dalamnya amalan-amalan hati yang sangat agung. Ada yang terkait dengan ikhlas, ridha, sabar, kesyukuran, ada rasa takut, rasa harapan, dan ada pula di dalamnya khasya' kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Amalan hati sangatlah banyak dan tak terhingga. Hanya saja kita akan membahas pokok-pokok amalan hati yang punya keterkaitan secara nash maupun secara makna di dalam ayat-ayat Al-Qur`an dan hadits-hadits Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam yang menjelaskan tentang keutamaan Ramadhan dan ibadah-ibadah yang terkandung di dalamnya.
Hati adalah pokok dari keimanan
Memperhatikan amalan hati itu lebih penting daripada memperhatikan amalan anggota tubuh. Ibnul Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah berkata,
"Amalan-amalan hati itulah asal yang merupakan pokok sedangkan amalan-amalan anggota tubuh adalah pengikut dan penyempurna. Maka mengenal hukum-hukum seputar hati adalah lebih penting daripada mengenal hukum-hukum seputar anggota tubuh."
Contoh yang mudah, misalnya seseorang yang di dalam hatinya ada riya' dalam beramal dan orang yang ikhlas. Maka orang yang riya' tersebut tidak diterima amalan ibadahnya sedangkan yang ikhlas amalannya diterima oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. Kalau keduanya sama-sama berpuasa, salah satunya ikhlas kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala sedangkan yang lainnya adalah pelaku kesyirikan, maka yang diterima hanyalah yang ikhlas kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Jadi, yang menentukan kedudukan antara dua orang adalah amalan hatinya.
Memperhatikan amalan hati hukumnya fardhu 'ain
Harus diketahui bahwa memperhatikan amalan hati hukumnya fardhu 'ain, yaitu wajib atas setiap hamba. Bukanlah fardhu kifayah. Dalam Al-Qur`an, Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,
"Dan tidaklah mereka diperintah kecuali untuk beribadah kepada Allah dengan mengikhlaskan agama hanya untuk-Nya."
(QS. Al-Bayyinah: 5)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata,
"Amalan hati adalah pokok keimanan dan kaidah-kaidah agama. Seperti kecintaan kepada Allah, bertawakkal kepada-Nya, mengikhlaskan agama hanya untuk-Nya, bersyukur hanya kepada-Nya, bersabar terhadap hukum-Nya, takut kepada Allah, dan mengharap kepada-Nya. Dan seluruh amalan hati adalah wajib atas seluruh makhluk berdasarkan kesepakatan ulama imam agama."
Maka sepantasnya seorang hamba untuk memperhatikan amalan hatinya. Terlebih lagi pada hari kiamat kelak kebahagiaan adalah keselamatan hati. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,
"(Hari kiamat) hari di mana tidak akan bermanfaat harta dan anak-anak kecuali siapa yang menghadap kepada Allah dengan hati yang selamat."
(QS. Asy-Syu'ara: 88-89)
Allah Subhanahu wa Ta'ala juga mengingatkan,
"Tidakkah mereka mengetahui pada hari kiamat nanti ketika siapa yang dikubur dibangkitkan dan apa-apa yang di dalam hati akan ditampakkan."
(QS. Al-'Adiyat: 9-10)
Dan Allah Subhanahu wa Ta'ala sifatkan tentang hari kiamat,
"Dia (hari kiamat) adalah hari tatkala rahasia-rahasia hati ditampakkan."
(Al-Qur`anul Karim)
Keshalihan anggota tubuh bersumber dari keshalihan hati
Kemudian hal yang perlu diperhatikan oleh seorang hamba bahwa keshalihan anggota tubuh itu bersumber dari keshalihan hati. Kapan hatinya shalih, maka hatinya pun akan menjadi shalih dan istiqamah di atas petunjuk. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda,
"Ketahuilah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Apabila segumpal daging ini baik, maka baik pula seluruh tubuhnya. Dan apabila segumpal daging ini rusak, maka rusak pula seluruh tubuhnya. Ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah hati."
(HR. Muslim)
Abu Hurairah radhiallahu 'anhu berkata,
"Hati itu adalah raja dan anggota tubuh adalah tentara-tentaranya."
Sifat-sifat hati dalam nash-nash Al-Qur'an dan hadits-hadits Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam
Di dalam Al-Quran disebutkan berbagai sifat tentang hati, ketaatan hari, dan keadaan-keadaan hati. Selain itu, disebutkan pula mana hati yang sehat dan mana hati yang berpenyakit.
Dari pensifatan di dalam Al-Qur`an tentang hati disebutkan keselamatannya, ketenangannya, ia mendapat hidayah, dikuatkan oleh Allah, disebutkan ketaatannya, disebutkan dari sifat rahmatnya, sifat pengasihnya, kebaikannya, kesuciannya, keimanan, dan dari getaran di dalam hatinya, serta kelembutan dan khusyu' serta selainnya dari sifat-sifat hati di dalam Al-Qur`an.
Demikian pula diingatkan tentang sifat-sifat hati yang jelek, seperti kerasnya hati, dosa, lalai, tidak memahami, menyimpang, buta, senang dengan kebatilan, kemunafikan, mengingkari kebenaran, terdapat tirai yang menutupi, dan selainnya dari sifat hati yang tercela.
Oleh karena itu, tatkala Al-Qur`an sangat banyak sekali memperhatikan tentang hati dan keadaannya, maka suatu hal yang sangat pantas terhadap setiap hamba untuk memperhatikan keadaan hatinya.
Hati adalah tempat pandangan Allah Subhanahu wa Ta'ala kepada hamba
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda dalam riwayat Muslim,
"Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada rupa-rupa kalian dan harta kalian, akan tetapi Allah melihat kepada hati-hati kalian dan amalan-amalan kalian."
(HR. Muslim)
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,
"Daging dan darah hewan sembelihan kalian tidak sampai kepada Allah. Tapi yang sampai adalah ketakwaan di antara kalian."
(QS. Al-Hajj: 37)dhi
Inilah yang menjadi sebab berjenjangnya keutamaan suatu amalan, yakni dilihat sesuatu yang berada di dalam hatinya.
Memperhatikan amalan hati adalah sebab keselamatan
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,
"(Hari kiamat) hari di mana tidak akan bermanfaat harta dan anak-anak kecuali siapa yang menghadap kepada Allah dengan hati yang selamat."
(QS. Asy-Syu'ara: 88-89)
Ibnu Rajab rahimahullah berkata,
"Manusia yang paling afdhal adalah siapa yang mengikuti jejak Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam dan para sahabatnya yang paling dekat kepada beliau, di mana mereka sederhana di dalam amalan badan dan bersungguh-sungguh di dalam memperhatikan keadaan hati mereka. Karena perjalanan ke negeri akhirat hanya bisa ditempuh dengan perjalanan hati, bukan dengan perjalanan badan."
Kata sebagian As-Salaf,
"Kadang sebuah amalan kecil tapi dibuat besar oleh niat. Dan kadang sebuah amalan besar tapi dibuat kecil oleh niat."
Semoga tulisan ini dapat memberikan pencerahan bagi segenap kaum muslimin untuk senantiasa memperhatikan amalan hatinya agar Ramadhan kita lebih berarti. Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala senantiasa memberikan taufiq kepada kita dalam meniti karir di bulan yang mulia ini. Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala senantiasa melapangkan hati kita di atas keislaman dan sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam di kehidupan di dunia, di alam kubur, dan tatkala kita menghadap kepada-Nya.
Aamiin yaa Robbal 'aalamiin.